Kepada Ytk: Ibu

Bu, aku tidak pernah mengenalmu.

Walau aku mengerti betul bentuk wajahmu, cantik auramu, dan ikal rambutmu, tapi aku tidak tahu sabun apa yang kau pakai untuk mandi, apakah shampoo kita sama, dan apa warna kesukaanmu.

Yang aku tahu dari cerita ayah, kau memang cantik, teramat sangat cantik, sehingga ayah selalu cemburu padamu. Maaf Bu, aku belum sempat menanyakannya padamu tentang hal-hal kecil itu.

Kau juga tidak pernah dengar ceritaku Bu, bagaimana aku menghadapi haid pertamaku. Yang membuat jantungku berdebar karena takut. Takut yang belum tahu sebabnya. Ya, aku belum pernah mendapat penjelasan apa-apa tentang hal ini.

Mestinya akupun curhat padamu, saat pertama kalinya aku merasa kebingungan yang tiba-tiba. Tiba-tiba saja ingin bertemu dengan seseorang yang membuatku berdebar-debar, perut mulas, dan berkeringat dingin. Ingin rasanya aku mengeluarkan perasaanku dengan bercerita denganmu. Namun itu tidak pernah kulakukan.

Sepertinya adalah hal yang membahagiakan, melompat bersama saat aku dinyatakan lulus sebagai sarjana. Tapi yang terjadi, aku hanya diam menunduk. Mengingatmu.

Aku juga merasa bersalah, belum pernah membelikanmu barang yang kau inginkan, saat aku menerima gaji pertamaku. Menraktirmu makan malam, makanan kesukaanmu, yang aku sendiri tak pernah tahu. Bahkan, belanja bersamapun tidak pernah aku alami sensasinya.



Sifatku menjadi sedikit tertutup dan kaku saat menghadapi seorang wanita baya, calon ibu mertuaku. Ya, aku belum pernah dewasa bersama seorang ibu. Aku tidak tahu harus berbuat apa, Bu. Aku tidak bisa berbasa-basi. Kalau sudah tidak ada pembicaaan, lebih banyak tutup mulut. Karena bagiku, seorang ibu adalah sosok misterius. Aku tidak mengenalnya.

Kemudian upacara pernikahan adalah hal yang paling menguras air mata. Saat diri bersujud mengikrarkan janji setia, doa dan restumulah yang selalu kunantikan. Sungkem sebagai tanda sembah baktiku pun tak pernah sampai kepadamu.

Sekarang aku sudah menjadi ibu, dari seorang anak yang adalah cucumu. Semoga dia lebih beruntung dariku. Aku ingin mengerti perasaan seorang anak terhadap ibunya. Dan aku juga ingin menjadi ibu yang mengenal anaknya.

Selamat Hari Ibu… untukmu Ibu, yang selalu dekat dihati. Walau aku merasa tak pernah dekat denganmu. Tenang dan damailah engkau bersamaNya. Doa kami selalu menyertai istirahat panjangmu.

**Kompasiana, 22 Desember 2010

-Mengenangmu, 6 tahun silam.

0 komentar: