Kita Butuh Orang Lain


“Ibu, ini kenapa siiih… Khina kok gak bisa salaman sendiliiiii?” Putri kecilku ngambek sambil mau menangis.

“Aduh, Khina kenapa sih pake teriak-teriak?” Aku sedikit agak sewot juga menjawabnya. Hmmm pagi-pagi sudah ribut, mana waktu mepet dan semua serba tergesa-gesa untuk bersiap menuju aktifitas masing-masing.

Suamiku yang sedang sibuk mengurusi keperluannya untuk dibawa ke kantor langsung mendekati putri kami. “Khina kenapa” Kok tangannya dipegangi terus? Sakit?”

“Ini nih… kenapa sih tangannya Khina gak bisa salaman sendiliiiiii” Oh, ternyata dia melihat orang sedang salaman di TV yang sudah on sejak pagi.

Antara jengkel tapi juga geli, aku mendekatinya. Sambil menghirup nafas panjang (untuk meredakan emosi nih) aku duduk disampingnya. “Khina, coba salaman sama Ibu, bisa enggak?” Aku menyodorkan tangan kananku padanya. “Hihihi bisa Ibu, Khina bisa salaman!” Teriaknya kegirangan.

“Nah, itu artinya kita semua butuh orang lain, sampai salamanpun juga butuh orang lain. Gitu kan sayang?” Putriku mengangguk-angguk sambil tersenyum senang.

“Terima kasih sayang, Ibu sayang Khina!” Aku tersenyum juga.

“Khina sayang Ibu, sayang Ayah” Sahutnya sambil kembali berlari-lari dan membuat gaduh.

Pelajaran kecil di pagi hari. Buat putriku dan buatku juga. Bahwa kita hidup tidak lepas dari dukungan, bantuan dan eksistensi orang lain.

Sama seperti di Rumah Sehat Kompasiana ini, saya, anda, kita semua, butuh bantuan orang lain untuk saling membantu, mensupport satu sama lain untuk maju bersama-sama.

*Diposting di Kompasiana, 15 Januari 2010

0 komentar: