12
Januari
[Proyek 50K] bagian ke - 3
Diposting oleh
Idea
komentar (0)
Hari ini hari Jumat, seperti biasanya aku harus menyelesaikan segala pekerjaanku, berharap agar saat weekend aku tidak mempunyai tanggungan pekerjaan. Sebisa mungkin aku meluangkan waktu untuk bersantai sejenak dari tumpukan pekerjaan yang semakin menggunug. Selain itu, aku berusaha menepati janjiku padanya, untuk menyediakan waktu di malam minggu berkencan dengannya. Ini semua adalah usahaku agar terhindar dari serangan omelan dan muka kecutnya. Walau terkadang kusadari aku begitu menikmati melihatnya wajahnya yang ditekuk, dengan senyum masamnya, serta cerocosan dan omelannya. Bagiku dia terlihat semakin cantik dengan semua itu.
Aku teringat saat pertama kali kami berkenalan. Saat itu ...
Label:
fiksi
,
kampung fiksi: januari 50 ribu
10
Januari
[proyek 50K] bagian ke - 2
Diposting oleh
Idea
komentar (0)
Ketika sapa menjadi canda,
ketika canda mengawali harap,
hadirlah rasa.
Ketika asa datang
dan rasa menggamitnya
apakah yang bisa ditolak
selain hadirnya cinta?
Sudah berminggu-minggu aku menunggu jawaban email darinya. Sedikit heran, kenapa bisa ada orang yang lupa menyimpan file-file sedemikian penting? Aku mungkin bukan hanya heran, tapi merasa jengkel juga. Rasa penasaranku harus tertahan tak terpuaskan hanya karena dia lalai. Entahlah, tiba-tiba aku merasa uring-uringan sendiri. Tapi dipikir-pikir lucu juga diriku ini, buat apa aku jengkel begini. ...
Label:
fiksi
,
kampung fiksi: januari 50 ribu
08
Januari
Belum berjudul [Proyek 50K] bagian ke - 1
Diposting oleh
Idea
komentar (1)
Cinta memang misterius dari mana hadir dan kemana arahnya tidak ada yang bisa menebak. Cinta juga mudah menular, seperti virus flu yang mudah menghinggapi siapa saja. Tidak peduli kaya miskin, jabatan tinggi atau rendah, sedang sibuk atau banyak bengong. Siapa saja bisa terkena virus ini.
Seperti diriku ini, mungkin, sudah tertular virusnya atau masih dalam taraf inkubasi. Entahlah, yang jelas sekarang aku sendiri sedang bingung menghadapi situasi hatiku yang sebenarnya. Kebingungan yang membuat perutku mendadak mulas kalau ingat satu nama itu. Nama penyebar virus cinta ini, kalau boleh dikatakan begitu ...
07
Januari
Dia Yang Tak Pernah Kukenal
Diposting oleh
Idea
komentar (0)

Aku baru saja menapakkan kakiku, kembali kekota itu. Sudah berapa lama aku tidak pernah mengunjunginya. Dan kini, diantara kesibukanku, aku memaksakan diri untuk sekedar mencari kabar dan bercakap-cakap walau hanya dalam hitungan menit.Aku tak tahu apakah dia masih mengenaliku. Mungkin sudah banyak perubahan pada penampilanku. Jauh berbeda dengan saat aku pertama mengunjunginya.***Di pasar Beringharjo yang ramai, walau ...
Label:
cerpen
,
kompasiana
07
Januari
Kita Butuh Orang Lain
Diposting oleh
Idea
komentar (0)

“Ibu, ini kenapa siiih… Khina kok gak bisa salaman sendiliiiii?” Putri kecilku ngambek sambil mau menangis.
“Aduh, Khina kenapa sih pake teriak-teriak?” Aku sedikit agak sewot juga menjawabnya. Hmmm pagi-pagi sudah ribut, mana waktu mepet dan semua serba tergesa-gesa untuk bersiap menuju aktifitas masing-masing.
Suamiku yang sedang sibuk mengurusi keperluannya untuk dibawa ke kantor langsung mendekati putri kami. ...
07
Januari
Sang Lelaki Tangguh
Diposting oleh
Idea
komentar (0)
Menangis …. hanya memeluk bundanyaTertawa …. hanya berbagi dengan bundanyaBelajar …. hanya dari mulut bundanyaTidur …. Hanya dalam dekapan bundanya..Ayah..Maaf, kata bundanya, tidak ada ayah untukmu, tapi bunda sanggup buatmu kelak menjadi lelaki tangguh.Namun untuk saat ini, bundalah lelaki tangguhmu.Bunda akan ajarkan bagaimana menangis dalam kesepian, saat kau pertama kali bersapa dengan dunia ini. Tanpa siapapun wahai sang pemberi semangat, agar kau menjadi lelaki yang kuat.Bunda akan ajarkan bagaimana tertawa dalam ketawaran hati, saat kecemasan berpihak dan hanya sepi yang menggigit, agar kau tak pernah merasa sepi sendiri.Bunda akan ajarkan padamu bahwa dunia tempat segalanya, namun surgalah ...
07
Januari
Suatu Waktu di Perempatan
Diposting oleh
Idea
komentar (0)

Sudah berulang kali aku melihatnya, berdiri di pinggir jalan perempatan lampu lalin sambil berteriak-teriak tak jelas. Pakaian kumal dan topi coklat buluknya yang entah dulunya berwarna apa, tidak pernah lepas dari kesehariannya. Dengan tangan teracung ia mendekati satu persatu pengendara motor atau mobil diperhentian lampu merah sambil berteriak kacau “hatush!…. hatush!…”Sudah berulang kali pula aku selalu menghindar ...