Mata bening itu menitikkan bulir indahnya. Dalam balutan gaun putih panjangnya, dia memandangku. Bibirnya bergerak-gerak namun tak terdengar sesuatu olehku.
“Putriku, kau ingin bicara apa sayang?”
Dia bagaikan putri yang dikelilingi awan yang empuk dan halus. Tangannya melambai kepadaku. Matanya menatapku. Kosong.
“Kau mau kemana putriku? Ibu tidak ingin kehilanganmu!” Aku menjerit.
Sesosok putih bersinar melayang, berdiri ditengah kami. Memandangi kami berdua silih berganti. Lalu ia mengepakkan sayapnya dan menggamitku. Aku ringan dan terbang bersamanya.
Langit menjadi senja. Seorang gadis kecil dalam pangkuan ayahnya keluar dari kompleks pemakaman.
**Kompasiana, 27 Juli 2010
0 komentar:
Posting Komentar