Diposting oleh
Idea
komentar (6)
Januari baru saja berlalu. Dan
selama satu bulan penuh saya berkutat dengan kata dan kata. Event January 50K
tahun ini memang saya niatkan untuk diikuti dengan serius, mengingat event
setahun yang lalu, saya gagal mencapai garis finish.
Sejak Desember sebetulnya saya
sudah sangat siap. Larut dalam semangat di grup J50K bersama nekaders yang
berjumlah 200an orang lebih. Wow.. banyak ya yang nekad-nekad hehehe. Nah tapi entah kenapa, begitu memasuki
Januari, saya malah seperti kebingungan sendiri. Coret-coretan plot dan segala sesuatunya
tiba-tiba tidak sesuai dengan harapan awal. Maka,di awal Januari justru saya kehilangan banyak
waktu bengong dan mikir ide (kembali). Perjalanan K-Word saya sangaaaat pelan.
Sempat pesimis bakalan gagal lagi.
Di minggu kedua Januari, ada banyak hal yang
harus saya kerjakan. Bukan mencari kambing hitam lho, namun sepertinya ada
banyak waktu yang tidak bisa saya miliki untuk khusus menulis 50K. Ohya, selama
Januari ini, saya jadi manusia malam. Kalongers yang melek kalo malam, dan
ngantukan di siang hari hahaha… Dan selain menulis 50K, saya juga beresolusi
menulis aktual secara rutin. Repot memang, tapi sudah janji pada diri sendiri,
ya itu konsekuensinya.
Menjelang minggu ketiga Januari, saya sangat-sangat
pesimis, bakalan gagal sepertinya. Jumlah kata yang saya peroleh hanya 25K saja. Jadi teringat pengalaman setahun yang lalu,
saat itu saya mengetik hanya dengan satu lengan dikarenakan ada cedera pada
otot yg membuat lengan kiri saya sakit apabila digerakkan. Sebetulnya banyak
yang melarang saya untuk mengetik, tapi namanya juga NEKADERS, ya saya juga
nekad sih. Dan, berhasil mengumpulkan 40K. Nah, ingat pengalaman itu, saya jadi
tertantang, masa dalam keadaan dua tangan sehat saya gak bisa mencapai minimal
40K seperti tahun lalu.
Nah, gara-gara Mbak Rinzhara Gallandaro dan Mbak G yang awal-awal mencapai 50K, kok tiba-tiba saya jadi
panas nih. Entah dapat semangat dan energy dari mana, di minggu terakhir
Januari, saya seperti mendapat saluran tenaga dalam, mungkin dari si Chang,
pejuangnya Linda, atau dari pendekar-pendekarnya
Pakde Nuraziz (gak ketemu blognya hihihi), pokoknya entah bagaimana, setelah
tewas dengan manisnya, selama 2 hari sakit gara-gara memunguti kumpulan
kata-kata yang berceceran, tepat di tanggal 30 Januari, saya Touchdown! 50K… wow.. langsung nyengir sepanjang masa. Sampai tangal 31 Januari 2012, saya memperoleh 52,596 words, dan belum ketemu endingnya. Nah loh! :D
Akhirnya Januari bisa saya lewati
dengan menggandeng mesra W!N. Terima kasih kepada semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Banyak waktu kebersamaan yang benar-benar membakar
semangat dan membuka pikiran yang sempat mampet. Perjalanan 50K belum berakhir
sodara-sodaraaaa.. masih butuh pengeditan yang sangat-sangat luar biasa, bahkan
mungkin akan lebih heboh dari saat menulisnya sendiri. Tapi, disanalah
tantangannya. Semangaaaat!
TIUP TEROMPEEEET!!!
J50K IS OVER, BUT WE'RE NOT DONE YET!
WE NEVER WILL BE!
KEEP WRITING! ^_^
***
Blognya 50K: http://idea-my-idea.blogspot.com/
Label:
curhat
,
kampung fiksi: januari 50 ribu
Diposting oleh
Idea
komentar (6)
Hatiku sedikit
gamang. Entah apa yang kupikirkan. Yang jelas, aku tidak bisa kalau tanpamu.
Baru sedikit celah perjalanan yang kutempuh. Belum saatnya aku jalani ini semua
sendiri.
Aku masih sangat
membutuhkanmu. Walau kadang pekik suaramu terdengar sangat menyayat, merobek hatiku.
Namun aku merindukan hadirmu.
Coba lihat diriku,
berjalan tak beraturan, tanpa dirimu yang selalu membimbing arahku. Hingga
sering berbentur dan akhirnya terluka.
Jangan hilang dari
pandangku atau pergi dari sisiku. Bagaimana harus aku luruskan jalan
ini kalau tanpamu yang membimbing.
Memang, ternyata beginilah
nasibku. Inilah aku, tanpamu.
Bantu aku ya, pak
parkir, agar aku bisa parkir dengan rapi dan aman.
-oOo-
Diposting oleh
Idea
komentar (0)
Kau tahu betapa hati ini hanya tertuju padamu. Sekian lama
sudah rajutan asmara kita untai bersama, hingga akhirnya tinggal mengikatkan
satu simpul. Menjadikannya kuat, hingga tak terurai. Menjadi satu bagian utuh
yang tak terpisahkan lagi. Kaupun semestinya begitu, yang kutahu hatimu tak
pernah terbuka pada siapapun. Cukup kepadaku, seperti yang selalu kau
dengungkan pada bisik di telingaku.
“Jadilah milikku, mau?”
Aku menangis. Bukannya menolak, namun aku tak sanggup menjawabnya.
Padahal sekian lama aku mempersiapkan segala jawab apabila tanya ini hadir.
Dengan segala kebesaran hati, aku sudah sangat siap dengan tanya ini. Dan
dengan segala cinta, sudah kusiapkan jawab atas tanyamu. Hingga akhirnya saat itu tiba,
aku justru hanya diam terpaku.
“Jadilah milikku, mau?”
Aku menggelengkan kepala. Bukan. Aku bukan menolak pintamu,
hanya saja kepalaku harus kugelengkan sekencang-kencangnya. Agar bayangmu
hilang dari kepalaku. Juga segala bisikmu di telingaku semalam. Biar kenanganmu saja yang jadi milikku.
Hanya mampu berdoa, semoga kau beristirahat dengan tenang,
sambil terus kukutuk bis sialan yang merenggutmu dariku.
Diposting oleh
Idea
komentar (8)
Aduh, dia besar sekali. Tubuh kekarnya terlihat sangat gagah
dimataku. Rasanya aku akan selalu aman bila dalam pelukannya. Coba lihat, lengannya
yang kuat itu, sepertinya sanggup menopang tubuhku hanya dengan satu lengan.
Dadanya yang bidang, duh sepertinya menjadi tempat ternyaman buatku berlindung.
Kulihat dia berjalan mendekatiku, sambil matanya tak lepas
menatapku. Aku sedikit terkesiap beberapa saat. Mencoba memahami setiap
perasaan yang bergejolak dalam diriku. Dia mendekatiku, jeritku dalam hati. Ya,
selalu saja, aku hanya mampu berucap dalam hati.
Hmmmm... tatapan matanya juga teduh. Rasanya aku tenang bila
sorot matanya bertemu dengan pandanganku. Entah sudah berapa kali kutatap tajam matanya,
ada teduh ditiap lirikannya. Aku hanya bisa menahan nafas, tak mampu
berkata-kata.
“Ah, kamu manis, kataku!” dia mendekatiku.
“Tidak ada yang mampu menyaingi senyum mungilmu ini, gemas
aku, ingin kuciumi terus.” Bibirnya mendekati wajahku. Perasaan berdebar karena
senang dan gembira membuat tubuhku ikut bergetar, walau sekali lagi, tak
sepatah katapun dapat terucap.
Tiba-tiba .. cup! Kecupannya mendarat di pipiku. Terasa
hangat membekas. Aku hanya bisa menatapnya, binar mataku mengatakan bahwa aku
menyukainya.
“Ah ya, sepertinya kami sepakat untuk mengadopsi bayi cantik
ini Bu. Bukan begitu sayang?” Katanya sembari menatap wanita di sampingnya
sambil terus mendekapku yang masih selalu menggeliat dalam bedong.
Aku, lagi-lagi hanya tersenyum tanpa mampu berkata-kata.
-oOo-