Hari ini hari Jumat, seperti biasanya aku harus menyelesaikan segala pekerjaanku, berharap agar saat weekend aku tidak mempunyai tanggungan pekerjaan. Sebisa mungkin aku meluangkan waktu untuk bersantai sejenak dari tumpukan pekerjaan yang semakin menggunug. Selain itu, aku berusaha menepati janjiku padanya, untuk menyediakan waktu di malam minggu berkencan dengannya. Ini semua adalah usahaku agar terhindar dari serangan omelan dan muka kecutnya. Walau terkadang kusadari aku begitu menikmati melihatnya wajahnya yang ditekuk, dengan senyum masamnya, serta cerocosan dan omelannya. Bagiku dia terlihat semakin cantik dengan semua itu.
Aku teringat saat pertama kali kami berkenalan. Saat itu dia masih mahasiswa baru dikampus kami. Aku sebagai salah satu senior yang bertugas menggojlok para yunior. Karena suatu hal, dia harus dihukum oleh seorang seniornya. Dan hukumannya adalah merayuku dengan sepenuh hati, sambil menyanyi. Dengan muka kupasang tegang dan sadis, aku menatapnya saat merayu sambil menyanyi. Suaranya bergetar ketakutan, sangat lirih. Aku membentaknya, memintanya menyanyi dengan suara lebih keras lagi. Dia kaget dan tiba-tiba terisak menangis. Aku kaget bukan main. Kebingungan menghadapi seorang wanita menangis didepanku, aku akhirnya melarikan diri dari hadapannya, dengan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Sejak saat itu dia selalu hormat bila bertemu denganku. Aku hanya tersenyum tanpa menyapanya. Lama-kelamaan kami sudah berada pada posisi saling sapa dan saling menaruh perhatian satu sama lain. Dan kalau kemudian kami menjadi sepasang kekasih, itu karena seperti pepatah lama yang mengatakan, witing treso jalaran soko kulino.
Selepas kuliah, aku mulai mencari pekerjaan di kota lain. Dia masih lanjut dengan studinya. Mungkin baru tahun depan dia akan menyelesaikan kuliahnya itu. Walau terpisah kota, namun kami masih saling berhubungan. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh, maka setiap minggu kupastikan untuk selalu mengunjunginya.
*
Pekerjaan hari ini memang banyak, namun aku begitu bersemangat. Tentu dengan harapan bisa menikmati weekend ini. Saking semangatnya sampai -sampai aku lupa makan siang.
Tiba-tiba bossku masuk keruanganku. Dia berniat meminjam beberapa file yang sedang kukerjakan. Segera kuambilkan data-data tersebut. Menyimpannya dalam sebuah flash disk. Sambil berjalan dan menyerahkan flash disk tadi, lenganku tanpa sengaja menyenggol tumpukan buku, dan dari atasnya jatuh sebuah cd plate.
Kuraih cd tadi. Tidak ada label dan keterangan apapun. Penasaran dengan cd tadi, kucoba membukanya di komputerku.
Isinya berupa file foto pemandangan dan model manusia. Salah satu foto pemandangan tersebut adalah foto single dari foto pemandangan yang dulu pernah ditanyakan gadis itu, siapa namanya? Oh ya, Kania. Rupanya ada disini. Aku sendiri sempat heran mengapa bisa benar-benar lupa kalau aku pernah memotretnya. Benarkah aku yang memotretnya? Aku mengerenyitkan dahi. Sepertinya bukan, tapi kenapa namaku ada disana?
Ah, aku pusing berpikir lebih jauh. Mungkin saja aku memang sudah lupa, karena banyak sekali lokasi-lokasi yang pernah kudatangi dan kuabadikan gambarnya.
Sebentar, foto-foto itu kuambil dimana ya? Aku tidak ingat sama sekali dengan lokasinya. Kuamati dalam-dalam foto itu. Tetap tidak satu nama lokasipun terlintas diingatanku. Betul-betul parah otakku ini.
Hmm, aku menimbang-nimbang apakah akan kukirimkan file-file tadi ke Kania. Sepertinya tidak ada ruginya juga. Toh aku sendiri juga tidak ingat betul dimana dan siapa yang mengambil foto-foto ini. Baiklah, aku putuskan untuk mengirimkan file-file ini untuk Kania hari Senin. Sekarang aku sudah bersiap-siap untuk pulang dan menemui kekasihku. Semoga menjadi weekend yang dinanti-nanti.***
~bersambung~
*
*
Diposting oleh
Idea
Label:
fiksi
,
kampung fiksi: januari 50 ribu
0 komentar:
Posting Komentar